Jurnal Pengelolaan Limbah B3 Industri

Penanganan Limbah Padat

Pada limbah padat, penanganannya dibagi menjadi beberapa cara, menyesuaikan dengan jenis limbah. Apakah limbah organik atau anorganik.

Pengelolaan limbah organik, pada umumnya dilakukan dengan cara menimbun dan diuraikan menggunakan mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme ini dapat membantu menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.

Namun, penimbulan sampah organik tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Anda membutuhkan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Anda juga bisa menyerahkan penanganan tersebut kepada tim PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran disini!

Limbah padat juga bisa dikelola dengan cara insinerasi atau pembakaran. Jenis pengelolaan limbah ini pun disebut dengan proses termal. Proses penanganan insinerasi juga dapat dikatakan sebagai langkah yang optimal dalam mengurangi limbah karena mengubah menjadi abu, partikulat, dan gas sisa hasil pembakaran. Tetapi banyak industri yang enggan menggunakan sistem ini karena biaya penanganan yang besar.

Dampak Limbah Industri

Limbah industri tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Perlu penanganan khusus agar tidak berdampak pada lingkungan atau kehidupan di sekitar. Untuk mengetahui kesiapan kadar limbah tersebut dibuang, tentu memerlukan pengukuran lebih lanjut.

Pengukuran ini harus dilakukan dengan pihak eksternal, karena industri tidak diperkenankan untuk mengukur sendiri. Salah satunya dengan menggunakan layanan uji dari Laboratorium Lingkungan.

Adapun beberapa dampak limbah industri menyebabkan pencemaran lingkungan adalah:

Membuang limbah secara sembarangan tanpa melakukan uji analisis maupun monitoring akan berdampak pada ekosistem air tersebut serta dapat berdampak pada Kesehatan manusia, jika air yang sudah tercemar tersebut dikonsumsi. Pembuangan limbah secara sembarangan juga menjadi bagian dari pencemaran air, baik itu di sungai maupun di laut.

Industrialization is an alternative development model needed by a country to spur economic processes. Apart from causing the economy to accelerate, the development of industrialization also has an impact that needs to be watched out for, one of which is the presence of industrial B3 waste. Industrial hazardous waste is one of the potential sources of environmental pollution. Industrial hazardous waste has the potential to pose risks to the environment and health impacts for humans. Industrial hazardous waste management is closely related to health and environmental aspects. Realizing the many problems related to B3 waste management from industrialization activities, it is necessary to renew the concepts of B3 waste management which are comprehensive, integrated, and sustainable, as well as making careful and practical programs by stakeholders to reduce the potential impact of exposure to B3 waste to humans and the environment. This research is a literature review that discusses the current state of industrial hazardous waste management and the potential impact of industrial hazardous waste on health and the environment.

1. Norini, Afrzal. Peran Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Riau Dalma Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Limbah B3 di Kota Batam. J Ilmu Pemerintah. 2017;1(2):153-165. 2. Setiawan TH, Purwanto P. The Management Of Toxic and Hazardous Waste Materials In The Food Industry. J Technol Cult Soc Waste Manag. 2018:1-5. doi:10.1051/e3sconf/20187307020 3. Widyatmoko H. Management of Hazardous Waste in Indonesia. J Earth Enviromental Sci. 2018;106. doi:10.1088/1755-1315/106/1/012032 4. Nurlani M. Pengelolaan Lingkungan Hidup Akibat Limbah Industri Ditinjau Dari Sektor Hukum, Ekonomi, Sosial dan Budaya di Indonesia. J Thengkyang. 2019;2(1):64-84. 5. Kurniawan B. Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Indonesia dan Tantangannya. J Din Gov. 2019;9(1):39-49. 6. Li W, Achal V. Science of the Total Environment Environmental and health impacts due to e-waste disposal in China – A review. Sci Total Environ. 2020;737:139745. doi:10.1016/j.scitotenv.2020.139745 7. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Indonesia; 2021. 8. Oktarinasari E, Yusuf M, Arief T. Kajian Pengelolaan Limbah B3 Hasil dari Kegiatan Pertambangan Batubara. J Pertamb. 2019;3(4):52-58. 9. Utami K, Syafrudin S. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Studi Kasus PT. Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. J Presipitasi Media Komun dan Pengemb Tek Lingkung. 2018;15(2):127-132. doi:10.14710/presipitasi.v15i2.127-132 10. Nuruddin AW, Suwardana H, Kalista A, Wicaksono N. Studi Literatur: Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah B3 (Oli Bekas). Pros Semin Nas Penelit dan Pengabdi Masy. 2020;5(1):108-112. 11. Mulyani. Pengawasan Limbah Industri Perusahaan Kelapa Sawit di Kabupaten Pelalawan. J JOM FISIP. 2016;3(2):1-17. 12. Nasir M. PROBLEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN ISU INDUSTRIALISASI. 2011:163-172. 13. Akpan VE, Olukanni DO. Hazardous Waste Management : An African Overview. J Recycl. 2020. doi:10.3390/recycling5030015 14. Ahirwar R, Tripathi AK. Environmental Nanotechnology, Monitoring & Management E-waste Management : A Review of Recycling Process , Environmental and Occupational Health Hazards , and Potential Solutions. Environ Nanotechnology, Monit Manag. 2021;15(5):100409. doi:10.1016/j.enmm.2020.100409 15. Santoso WY. Legal Aspects in Management of Hazardous and Toxic Waste. J Mimb Huk. 2017;29(2):335-345. 16. Latif M. Kebijakan Hukum Dalam Pengelolaa Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): Studi Implementasi Pengelolaan Limbah Medis di Rumah Sakit Salatiga. J Indones Law. 2020;1(2):91-117. doi:10.18326/jil.v1i1.91-117 17. Domingo J., Marquès M, Mari M, Schuhmacher M. Adverse Health Effects for Populations Living Near waste Incinerators With Special Attention to Hazardous Waste Incinerators . A Review of The Scientific Literature. Environ Res. 2020;187(4):109631. doi:10.1016/j.envres.2020.109631 18. Alabi O., Ologbonjaye K., Awosolu O, Alalade O. Toxicology and Risk Assessment Public and Environmental Health Effects of Plastic Wastes Disposal : J Toxicol Risk Assess. 2019;5(1):1-13. doi:10.23937/2572-4061.1510021 19. Agarwal R, Chaudhary M, Singh J. Waste Management Initiatives in India for Human Weel Being. Eur Sci J. 2015;(6):105-127. 20. Pertiwi V, Joko T, Dangiran H. Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah, Semarang. J Kesehat Masy. 2017;5(3):420-430. 21. Nurhidayanti N. Kajian Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. YTK Indonesia. J Ilm Inform. 2019;14(2):93-102. 22. Purwanti AA. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. J Kesehat Lingkung. 2018;10(3):291-298. 23. Hasibuan R. Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. J Ilm Advokasi. 2016;4(1):42-51. 24. Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah, Non-B3 dan L. Kebijakan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3). http://pslb3.menlhk.go.id/uploads/laporan/1605673004_Statistik PSLB3 2019.pdf. Accessed April 24, 2019. 25. Handayani S. Manajemen Pengelolaan Limbah Industri. J Manag dan Bisnis. 2015;19(2):143-149.

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœÅ}Þ4Åâ¦\zž^VÛŸ^~Ý–§ï‹ÕzS4ëjszÑ^5Øô[Y,ËÝ?þá½xõÒûÏÓ'aâ9ã^è%ð›æÜÛ•OŸüë'oóôɋ˧ONacAy—×OŸ0zÌKyòÈK£$€Ž;öëEê­jXÒ[Ñ[¦Þ~}úäÏÙïýxöþÞÁßs?š½ñ>¼¾8ƒ—KïüÌOfÐv¿©þKžÑÃ;ÿßÞåïOŸœ(ÿóôÉC`æ,²¼3�ª ô¾wŸ£ (D�=˜{ö‰Ùöyþß;|&$Í‘ çꟑ1Áa‘’ÄÎ+‡ûÄ,ˆ3Ë>g.÷É‚|ro‹F"õ.@è󳇛fYÀlȹdVÎq¹Ïß½úøîW‡Š ʧ©úßST=?DS§7ú_ÐÃêXJ‡;æQÀBËŽÄa–qâ0…*Lñ#èÉÂ<ˆÛFèˆ*�9ÜNð á?/©•€o}–ÍʵK'n%£K¼bŒì¤‘‡Üá®it5�”>i´Ã sGÇB£­Z˜"q�wöö¥wj J_TMSÝÙãÒ_ªªùî¸t ¯˜ƒ?Ž¼8„(c?ÈóÐgqé³²Ðgã(Øô–�ÍØ<È“)¾Š,'€¹ÁX¯iðw‹?5Ág§¾˜�.ñµòç|¶è»Õ)1 c2|`§µþ<žíÖþœ…4÷¶4�W¸ ­² >ƒ›bÔ#ÖV‡`åXj�ä ÃØ`A²ažJ3­¼ãMSD–M -Þé{Ô“·/_¿òÂÓ7ÅfåÍÊÍüã…ÿ�š ®ixœ‹¼$çh¾÷aÆðþ�wðó þ^ûs1» ß#íù ,bè- ¼?Cüëe¼Á½1Ý{îs6{G9´¼ÑÀ½iâ³rŒøíø¬d T�J�Û@¥mDÀh²}Äôè~>h0iÌ+ÄH½Fz4…H~†¤f0¡ž‚èõpwÇ„$D{˜¤à[Ç<øãxp†[^ôá'*l’êïýy*a;§|<šý´'²é™Ÿ9e‡ØFXÀ%ZìËìPH°û샑‘K|úHìq_iehƒo�#gQñȃŽAðžPº�ÄÄ�@¹¼A^�^Vø¿ Øä%>¬Ññ¢�Uh̯=h½ÁÇ%<µ8¢öÁr7`æŬÀ÷OÞo ìß(ø(f»e…¶^Ž÷@þ…KÐðº)ñßê%6øCO+Ø…àºC�(MgC¼\o¤š!€mé¿„‡z]xf!ƒ�GÌoê#ÅpDX.’ c ^}Be�®DPÀ2R ¯™^N=«qÑ8Ipd±¤gÈÂç,„ÿûŒü[—_\m‰i$,›’yþ@·6FçáÀ”|Ðûd†á †6²|E+¼w-°jWW Ž½€HÇÚ„däA¼ábÊwƒLí“ ŒA,ûüt´�W_²$à±…Â'T�˜c�–ib¢üý^‰o+gØ HrC+¶GæSØ êraÅvIt©JºÙ€»üês!Û°4Zná§!Ó…M®#“ï *D ?€ ˜ÜÆóC:.¢ãlŒuÆ #ÏÆ GÛK6Д„ ÖŠ'+)Å £Ÿ5𽦴©Üù¹ä>Ce]‚I¹)à§QìgJ`Þ¬Ñs­ ç–2¡–ºVh•ä¨N¶~)|¹T‹Õ=¹Lí�ãÒÐ:X[É�¬–ÆmWÜ’o.ð·ÝšxÞ²A>£K*wõº)ȯSï+èEœ¶¬¹A° ‘«NŽé,eÍ2Ò8XþÅtHÅ»b×Qourôæ#IR5¹8O¬¹ÑŸéš\‚µF’Hn0È­†ð-Sþ½b4” ¡Lq‚âi!ëD…£ïÀ"ÇÒä°èŸ,õbÐþ [g•Ø Áè %yBTî( ÛDé•;0EB–Òæ!S)ëÈpVæÅI„)cëâL ’ëŸ&ˆœÝrž¥“tlö°FÆÑê. ¦(`“¸ ü/a˜?gó¤. ˆ€ðÂ�”#”ýO~LúöL Ûý€eß Xì¡·W�ì¤ÉNgíS­=D·Él'#ÌŽòYñÏhñ]�ðbÛ',Å-ÐÄÃÈ»ä(+ dE]™Fà`ºü ’X2ÅiðEÖkÉ+Œ“‡xöþЄ\~ðSjx‰WŽ³SA'›Rä¡Û1@Ìà ÏG𼦠w bÓÖè”t�¬¡ŸY£èýís>ÃZ>Êœ‡u!i§����k’`}}FíÈX’J°T˜þFÊ~<û\*à–è;>—8²B—Lú]nŒcÄaq"›+D½”‡®´�èyQÕL£gTïäŸÊ¥þQ­Wè–¾V*•ŸÇ–ºóÛ‚DmT©—zÛb¹·��õÅ÷‰E˜x^²GòrAÜ®4õý…D_ä³í®Z”5¿ˆrІ•Ým¡ o¨5g×ûNVyÈc§rt±X”d® jÚTŒÒl¤Hˆ €‚Ôµ¢ÔÔ¬ûåTÒ _O4PÀûP2ô²å†¢25‡¼Öo‘R�fÂ÷ê†kîD9DÖcîÐþ5LÌdH©$®ãJxDH ?bqOItÂŒ˜‹ŽWªÖ!…– Ú 7b »\)ÂÌ/² ¨exqC3ð�V©Z³&¾–gNšY'z/"ëÑh‘¸=¾Çá�kð¾5óeŒ»YtÐTמ¥`Ô£™00ô˜æŽ%Q–a8haIÓyf%=bÕ�ÆÇg^÷É xápÔýÆÝ£"È d¿ûCéeÕÖÞlèÃ,銃•ÙÇÇ¢kÝVÆZ*URªÛ°T ª+mÖ¥W]S …í4ã3Ž–ê¼é«¥Ie:x);@»�­Ò£µ¢!,r.ZQ ñͪ Ö5Ù�‰™a.-I…í#Z|ƒsAˆb<ú›Î;IVµr¡ƒ†®�=óžÇ¬QìKÕ,QÙUíêÆ7óú®Ë¦Œ4°X4kñÙ� Êú„ú“Žz½…kõLÁ+Dp5…¹ÒFb—FªÒæƶ(›KS·_úb„0›ðzr=çìO­¾“]"é|”ˆ:×¢ÖEDئ‰sÕÝv‡Ü»ñ• «eÒ�×�b‡ñJ9;ìËÃ"ÒRà3¬Ûã06¸÷²X¯i*|0•hJ†P)h9íÇày?ééÛúH,Àûöc,Š]IÚÐê ΆfÞ·2ð_á]hùÆN2ù8SÎ(V‘äÎœ�ôÄ6’Š³kq–�j—·TÀÕ²Ù™y�wFéP=‘¦5‰ ¨²¤Ò0çD:VFs»�¡oK`QMÚ\ÍéÓØmÑfÙï5›oZ�4Ã5ð� ðGÄ0 Øø’Ä^~ Ü”ª˜XóòÆïb^e( ûº,4sÚ;éð¸6{!²66ªrQ4òf…Ékº‘Ý;AY~1Ð*ºq‰–£^´5ÅMFRƈ/ºÝvýR/4ªMt A´žõ0¼Ï=‘²»æ­È£ óVg.½`t΅צTGaåb\j6_ãF„øÿšc̘ endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj <> endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <> endobj 18 0 obj <> endobj 19 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 612 792] /Contents 20 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 1>> endobj 20 0 obj <> stream xœÅ=Û’Û6²ï®ò?èe«¤S‡¸<µµUvìMâ8—];g6ûÀ™a,e<’V—Mù|ýA7®ÍÄ}R5ŽRD7Ðè{7¯žï�ë_»›ãìϾz~ùÇÍ6OŸ¼x÷ôÉÕ_ÉŒ�ªæ³w¿>}Bô}õŒÌZÕ”Ï.+}á^ßöõÛföþ 9{�ß”ýöõÓ'ÿœ¿þy!æ×?è¿ç>3ûû·o_é/ïfß½ZÈù[=öJÿ}c¯¿[,~øañ¯Ù»×OŸ¼Ò üíé“Ï�™’¶Rm3‚j!œýÑy>·€ŒUêó�¹0�¨ÏÍó“^àK½ÂÌšÃ&|gÿà3lLApg•”p^œG�J¨Ì<¯JΣª69Íl©ÊY3{w£ú»WoNªTErȕܬ–Tìaä^<ÿáåÏ?|]ð êJÓ«úÿwP©¾òENjz¢ÿÑçpûAsÊ‚3¶¼"ufFÜa¢(î0a‰ª–ûëIê¶â27¢íŒœŽÑJÒ/�U“]ÀïDÍûuIÇ*š]Æ’x MêÔHkZpÖ†_XÍO¤šdÚu¥Ê­ãgBã¸Z­*&‹@3{õýW³«ŒRúb{

%PDF-1.7 %¡³Å× 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <> endobj 4 0 obj <>/MediaBox[ 0 0 595.4 842]/Parent 2 0 R /Resources<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI]>>/StructParents 116/Tabs/S/Type/Page>> endobj 5 0 obj <>stream xœ½}Rª´PyR·UZ©¤¨Š4/e“»õÓ'ïÿ”Ü<}b§é’¦�ÌzqþôɳU¢²äüãÓ'*ÉÌ¿*)Í \Ù&矞>É’KøøóÓ'¿Íþ{^Ïž¿›·³óùB7³_ßÏ«Ùë¹jf/ÿg¾PÙìùüÉùOOŸü` ÿíahè ¥ó´F#yÔmª´§v7_ä³­!®ž¥�ºmQ�Q—?æ6¥NGdy– i?ïÒÇÜ®Îǘ©u›6ÍF¨zÌm•6ÿØcªðã\©Ùäô>îæ‹jv˜«j¶¤?U>»FÝüøä1>Z|š!|¾Í²ê»Ç£\çYªë;ƒuž§Ù A³Ÿ�›[`b9Kô\³X«á#{LŒe¨?¥u™¶Ã» µŸà·†ÿèË8ú�¥�G~¡Š´¶¤×ïæåì�qè?'(ÛŠ¤lP}L)•‘ò0‹GݦJË¡m’,ÍŠä|e‚HQ4_¿cÑÛ±iÒú$Ký›}[f6‹€�JàJf7úø'±�L=š2-›É� @¼ªÖ©ªqU87ùáí÷ɳ‘dëÅn¿ß}:žouª•N*�ff/Uå[0mdÒˆ0-öEk&î,ÃF�Iðá»TuÚÈ]†äfà+exáˆÍ�¢´ù ±8Í¢�“ô‰hªJë2)K�Æsc“¿Ïµ¦0w—è^aŒ»?Àçҿ㧗=6�ŽXB �¬%ª² >‘~«T†#j@ðl<Ë2í•Üb�S²4oÍ?ƒs;0-uoÊ€ªçU*Ìc@Û“g¿€ž¿ýþõË$³ºìÓý" ¸%ͨ‹‚­ç“Š×à.�Á6oàá9êÜfõìÁs“øûi?ÀÐ_Lu0û«ùžÏZh&éâ8€;_´³ô+x‚ 8”'Æg›=”]ÿ×8˜b‡@ñ%|ü ï ¨Ofÿ¾ž×£Žrȼ´w7¿M¸�]nvyÿÚìùŽ!8D^ò6–MÈ„ï-¶f>RéVæÊs£""Þî�‡kÞ¬wÄ^b¨{!æü

%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 9 0 R 10 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½=ÛnÛH²ïò|¤6M6›·ÁbqâÉÌ$3N6gâ=³@0´DËŒn^‹JÖ‹ýøSU}¥ÈöE" Ùìª®[™³7wM}]Nï¯={Ó4åô¦šy_Î.7·ž]ÞßVgŸÊy½.›z³>û¼»j°é]UΪ»¿ýÍ;û£÷¯×¯Â Ä?yžE^è%EÄÌËyÌ»«^¿úã/Þúõ«óËׯÎ~Ž¼( Bî]^¿~…½C/ò²0(8÷2X¤Þå úýò9óæ[˜Ú›Ó].ï~yýê‹ÿû„ûÕbRøå=þl'§±_zïꯓÓ(õËÝ“ÓÄ÷~…;æïîðéº\RÛåä4C×háþf>‰"¿ÆK§-W“(ñËqôx�?;q]®'z—¿¾~õ,ç_¿`ù14ñÌ^>­Z.ÖcAQ¼ ¼$žø3<Ô,âè¨ÃƒåapörÄå149áýJ=HúàPy8%v{(ó«á�¦i�ð$mZ±\âý5ÅPsÄy?XïfO»œ~ñ?n†‡ #r'…‰­Ò§èÖÐ�G aQ�;?‹Æƒô©"ᣨˆƒÔJóX�¥^Äp0‚»þË X){˜ÇAÜÅêý$ó?žÄþÇÉòWdO�À¿ ÷«?Q­ü08è)é=üR£(A-ÖŽ¡µO²bx¨q¤©ìéðð kä¤*g)d,yAF‚e#<¡¨ß¢ÌþÞO¢|éUšá¥]¤Aìß›}Zú¹EIÞþ ÞíÞžMR¶!—7Øà#ÒèäÜÒó(XŠwYb߯ØxJçfÏ7Bç‚o´ Sáá¡ó9ZRÛøÄ!’È…ÏÛ �†÷™à/'¹¿-¯PPj±éF%Ÿ¥p¡òƒø@R’gAâ›BÈ“u�¸¬`ƒ,ÖõÓz‘1a‘_¯éÂÂÐ_ìà¦ðç%pníý,ˆÄ¡[—�ºßz0}F-Tß’’[z3ÐcŸª;€‚ÖS²Þp�ãKuãáÄ汿ÝEÑëŽæö$~¨¥ áT{ &¸!t΃7Gê»Ñ"Pälð˜]Ãs~/á=“ÔA¬èÐ)Èàšß½ó>ì¶ø¸Ù\—¨¾?n<ƒf%ÕÉÃoÀn»Î2PýkxLú’�¤SP8¥èÙ£†eˆxÌ°Ž²÷`%iÛjUÖËH|iS H|/ñþnvS‚ì¬ë0'yþJ½`÷`ºY�xÅ5ÈF0Ca¨äÞØ¢¸,·RÐag])UÅ÷†,; ǘ³�� O:°�³\vvQ®çž¿¾:ýø÷Éañ¾ä[˜bª:)8 ['F©¦U ¼ùV¡å›yáQlé…œqÃφ‡'O]ðŽSYýð(ƒì€÷fxe.xsÐá…H¦î¶Ã/–…a�G.à,dÃC':v.wxqEÿ0/^N|DЩS|þ;‰°Ü£ú†qÕ¶BM:‡4Yƒ£Y8¥(^�/ÇÓœa¸å€÷yxà3;e¶ºU¡Z]U0ÌwƒcC¼�¼ …ã8 ˜“Âcè¡ëHœ+~�Ä ˜•ø)š$XúäÔCྙNA–r)K#è!±p‘÷ã€%ènM¿øñðÔæ¬þåˆÍ£ÖðÞ�¥Aâ ,(ˆ)ú~ ÐØTÃ+ÒKW_¹uÃq‡>¼zä ûž¸¼Ž×Ÿv!ÏIÐóC bp<ððùq|txf»Çì)@…&)žQt=óÄ?Ÿœ¦þçËIêÿwØòÛ±)µÓÈÉùèÇâQzžŒîÒC„§ çh;Ÿ�É�i`YÒAäi£õä4ó«eÝÔ”ŠXSQôä4ÊDÂ�ûx|%¹…Oª»f‡Ã¾îð%0[+ìÄ=ü4˜´ÛÁJ fÌ_! ÜŸÓ$M‰òp�iAÈBÿ–bê‹æ}—ì»,)·Öwq#òòî^æå@ÙÚT0a™¦Á\Òr��X”8—5»è†ëh‘ƒš·“XŒj0u­ðoÄæj�Fr؇ªÙè�Õ±jØÉcq—Ç‚¤³0#¾Ä‚bôƒ<£ç¥$ ßëÞ Å6ؤt™tw%rPJ cJAN©ïQ*°¬HN /¼Ôžp+‰ÎÂT¶È“[�>rsÞº““Îz$m/#�¥f×ÂÐîÝ#}E¢öÊ£äx¢Qm‹�BXmÓÍKãF¿›iÞlÕ p)JðÖ){E÷Ã#ÃÓ4ô«oC#%YÀ˜iB`iÔႨDm]B²]*!€§OÔ"z¹F‹ÀͽÖsÓ£¥0ˆ‰­}=h?,«"ZH¹^ ÒýSj5a`¤´�G¼°E{u+¶"Nº ]iÁ2uE[úŽpºÅ³+îqÄŠôÞD§žP¯`éÝkÙªa“äâLZkIðxa Õ�wA¢Ë�¨¶-BË$ÈðÎꎋëÅË�†j‹�©iœi¢-¶õ ÆßDÈЊúîÔ„â”%>½ÁŸ‹:p'œ6‚ãv=‘ÜcB|Ìó%é+¡Ü IèD-ßâ t/Ɇ^Pii%©D ×MB,DËÌ襹›§è­ìsw±¬ µzˆò~žø¿VÚ|� R£Þ?pÝÑ‚‰Ôµ¸|{#“XëÅóÄ) àxì‹Â„§=¢5áµ ªok<2©CÓ,ŽÒ J\4œEX .p‚ ;$À ÖÏ¥öR;�'.Ù®¼§â#üD?KÞ_–õêJ³î†ÄZWÕ50 �Ü<é2…’ªc‰m–ôy×] ÷Õ_Ü iv-çm+AdîT5ÝLRkƒ’`‹×Ë{©["K¢oô6žY[;•ÝzÄîšÚØdòsLï¾5t�tFÝbøÛÔbæ%ú\4¯b¾BåòÂðïgJ,°ËJ ›qÑòDo¹Ù¥†‚¡ kO¬kÈH¬Oã¾Ï&<‘§ uUD5å,p囂ò=…¼hª;�i_ðÌéž‹%G iÈ‹b~-Ýþ®¡¢�ØÕVhÓ�v±Nt±oÍh)@L»7‚ÛÂÈèQ‹MÇÖ×TdÛ³z°\CTRï”^Õ«W •þÉÀÌâIä©‹Y—™e(Ç´`í`éhl$!ƒú¦‡=Ç8·<Ç8ï  ÑÚœ©Ø›qjöÇ­Ùf¢{øªDIÐöЂ=k©'{øwz]Y;DZq›Þj÷ë!mgY(*Ë %1D~tº÷5•Üj'ÇÄ�ŽA|/2£;ÁüF�ù<ì‹9fÚ·ˆÈ�ˆj=ÝGÜ)ÐUkIé9¦]vé —äß_©ë¾y3Ï?ÖØ[Ä¡hXî/*ñ²zYÂ#•äÛô$’ë1:~a\Ç/,µ-ƒ�¿ÒXñ\‹êª”±“JÎë^BX¢4…#±ž}ÁŒ bSϵCÜ•q ò2°e7 œìŽÞ“Ùw$7ÖlŸ@ÓU“kÓi²�õübèU³8Ã2LǪ«mC© 2]'„Cf±>‘."ý\¼?Qˆò¸Ý -© Î4'U$“$ß’ÿ@ñ—÷ô♲$yVÂûkõ¦ˆÕžZ’e‡ŸhD½e}ŽúS� _Û9Q$Ók»Vxt£Hj‘†é´-Œ‡e¥c*C»Êv6ÕñØhï…Æ\i’éØfý‡ÑíÂ3¡V§R$ H»7”Æ2-ÌjîÚþ¹&DƒcRk ü[É=1úñóW¾îàïhâ¦XòÔ+N{]¨[ÅÇNŽ¤ZZ®ùž®›feå5öüZÓÓ$@ªå‰t[X­ÏséËk¨©1‡¥\‰Õ­Îé­»=µQ:ÖÎc,ÇvÐüÑS›ëæÝÌ�ä r`}øˆà+v]gI‡O�´ÿó£`A>Ý7Mëã^ÞîËN³ß‘w€|µ¾N–>Jë+í‘[ùã }o³AÈzê=3S§lfsêhò½Nçé^¸cå¡Ö¥ÐÔ"âáå‘/eôù'½aæX÷é%ÛÜ™Æv(3Bü3zWúiÐ݆‡Ê;_uƒQ‡W];1�Ðþ™ xÆž‚%îð$`]ƒÜ_sð#ü½¡î@ÈI?&�Òäð”^ÎÄ<È�ÖËR0¬wÛ\Ò^òð –Êe§�Çï¡1’¾çJ¸ÐI±Ð¥%Ñ«^nEšs½2.a©bÜje.è%Ó–×t‰þ„œ½11¨èv#�k�Šp~ÌlÔ8-URŽœhÌ�§âÉF«k1 �Ù $úÕ¿›z)®­"ƒ¶>¾4EÊpn+Mo„—=ŽCG!Vút^l©kŽá@%ç–E?´«ŠÏ¦”É´2FD;Œ�ítæ*çÐ|ÇylÊ›Y¬Ò€¦Þ 5X›ø» ªŠkMùÓ<÷¯ëJ„«p[äû•b€<®•yŠe=5–x9|=Gœ¥X¬ã 4±{®�2ä$®9Vk>Ÿ¾­9£¯�9>mÌ’ sJÚ9~ÝQKÕL¦_ó´#4-.Wß´aU ÙòQÓŒ¬HƒÂÁÄ-ÅòËf;I,]a”ŠS§™ë¥f²1ÿ±S'&ÁiØ L ÀÓ}ôªUôƒÚ-Êlõvet¸ÊʼnHJG FÕ µNí,ŽÖ¬4ÖÚÔÓ¥9&©tXªM‡`¬µš)-£ŠP¦ÄW cû@O”>}>aNG4 œã· ÷™ú]�¢ÔSYH¸Ï…ëå½g;@ú𼳧 q'ÕòйªŒc¨ëXÆq/Ô÷‚ËðÍM8ÃYäçTp6Œ±E/µ…kùHv!‹"Ti™0«v7À–äÚ=3µ—TøQÓÖºO³…Ò„)…¡ÊrÀ>LT±„2§,y–%@�NS€-÷s«bÒFÀ±a ùïzª�ESØ ¤ŒW+Z³õI L­‹ç•?mÊx¾UÖD6ÛÔ1º*çî–][´lÛ�WiŽo‹']~·KÇ�$t/*tƒ&TKöNœ‘Nªj¥5øÓ·TŸ>Þ§ÌÖ TGwÜN{+:3,;rÐo„$vø ¸}·DÕ<´Œf#É”„-ú›ƒˆ©9c^¢ ÂTž>&×ø——¥§‰}Ä\.+Z¤òøp$y9&9úŒËƒ¸FI!³a5Õô>o:YÉ3CÆ(Ée@—ÊbALHš#œVŠƒ £~#ÍÔi”š½–ºó 8m~x¥­ýƒ`6JÔ¥£¾pµV´QIî"Æ3‚Þq"*"ú¬bç>=kÚß ó e.´²÷Æ-dÔÔûRq™8CÃî@æÙRÏ”E¯¿ÕM]m©æHY­ª:2¹ÿi*YùBvµõ„ºnн1ç�2ç#?#§+ ”6 LQ©«ö(/?×C%>ïè«b_ ´.Òò/Žûo,úRžiŒ/R;h¼Õ´ÔUZ\aøI_ëꬑ¶øày7ín€©| ì´U.ßʯCcO4œkai¥z£½ó�ˆ[þCÔ)>]ÞoëI¬µW_gáqÖÕ7R“Jïzô)Y£“âöȧdd÷'hW½ˆª†²ã¨Ø/ \©v«rÇŽß±³>áÐk¿uÄ“ (åX¯°/�SQ )ßmÐN¬{ïé̽2W†hÓö‡§:-°_ǦÎÊ°}iòúš´)ãè«sEtýNƒƒtöI!L±)ëÚ8–>Ë”>†ˆˆí"àPr“ä+‚Zt¾ÉZN£§ªÓî�ûˆ]ŸY•g.¼­Z8Å�ÕÅÚ�´e-w8o{ÃYÛnUéØëµÞ)Ü£†:½–2ÑYŸçÂ/âÎpž�uë'õqe|½ç•

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan LB3 yang telah dilakukan di indsutri tekstil. Metode penelitian menggunakan metode perbandingan antara kondisi di lapangan dengan peraturan yang berlaku. Berdasarkan hasil evaluasi mengenai pengelolaan LB3 yang dilakukan oleh PT X dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sumber LB3 berasal dari proses produksi, lumpur IPAL, boiler, labolatorium, pemeliharaan mesin, dan klinik. Jenis LB3 yang dihasilkan berasal dari sumber spesifik umum yaitu lumpur IPAL dan limbah medis, sumber spesifik khusus yaitu hanya fly ash dan sumber tidak spesifik yang meliputi lampu TL, drum bekas LB3, oli bekas dan reagen. Karakteristik LB3 terdiri dari beracun, mudah menyala, korosif dan infeksius. PT X telah melakukan pengelolaan LB3 yang meliputi aspek pengemasan dan pewadahan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dokumen pengelolaan LB3, dan pelabelan LB3. Untuk kegiatan pengangkutan PT X bekerja sama dengan pihak ketiga diantaranya adalah PT Hijau Lestari, PT PPLI, PT Khalda, dan WGI. Berdasarkan hasil analisis pengelolaan LB3 di perusahaan ini termasuk kategori baik. Upaya pengelolaan LB3 yang harus ditingkatkan yaitu pada proses pelekatan simbol dan label, pengemasan, dan penyimpanan LB3.

Kata Kunci: Kabupaten Bandung, Industri Tekstil, Limbah B3,

This study aims to determine the management of LB3 that has been carried out in the textile industry. The research method uses a comparison between conditions in the field and applicable regulations Based on the evaluation results on the management of hazardous materials carried out by PT X, it can be concluded several things, namely the source of hazardous materials originating from the production process, sludge from the wastewater treatment plant, boilers, laboratory, engine maintenance, and clinics. The types of hazardous materials produced come from general specific sources such are sludge from the wastewater treatment plant and medical waste, specific sources which are fly ash and non-specific sources which include lamps, drums used in hazardous materials, used oil and reagents. The characteristics of hazardous materials consist of toxic, flammable, corrosive, and infectious. PT X has managed the management of hazardous materials which includes aspects of packaging, storage, collection, storage, transportation of documents on the management of hazardous materials, and labeling of hazardous materials. For transportation activities, PT X cooperates with third parties including PT Hijau Lestari, PT PPLI, PT Khalda, and WGI. Based on the analysis the achievement of the management of dangerous substances in this company including the good category. Efforts to manage toxic and hazardous materials must be improved in the process of sticking symbols and labels, packaging, and storing toxic and hazardous materials.

Keywords: Bandung Regency, Testile iIndustry, hazardous waste materials

Permasalahan Limbah Industri di Indonesia memang cukup kompleks. Masih banyak industri abai terkait penanganan limbah yang dihasilkan dari proses industri yang mereka jalankan. Limbah industri dapat dikatakan sebagai sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Pencemaran Limbah Industri masih merajalela dan cara pengelolaan limbah industri masih dilakukan tidak tepat, sering ditemui pencemaran di Kawasan industri di Indonesia. Jika itu dibiarkan, akan sangat berbahaya bagi kondisi lingkungan sekitar Industri.

Jumlah limbah industri tentu akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan Kawasan-kawasan industri di Indonesia. Permasalahan limbah perlu ditangani secara tepat, agar tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu kehidupan makhluk hidup.

Limbah industri memerlukan pengelolaan dan pembuangan secara hati-hati, karena akan berdampak terhadap lingkungan dan Kesehatan masyarakat.

Meskipun sudah ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah mengenai limbah secara komprehensif, tetapi masih kurang dari sisi pengawasan di lapangan. Sehingga masih ada industri “nakal” yang tidak mengelola limbah sesuai dengan kebijakan yang ada.

Dampak Terhadap Tanah

Salah satu elemen lingkungan selain air udara yang sering terdampak dari aktivitas industri adalah tanah. Limbah industri yang dibuang atau di kubur di tanah akan merusak kesuburan tanah tersebut. Sehingga akan mengganggu ekosistem tanah.

Jika tanah tersebut ditanami tumbuhan yang dapat dikonsumsi, maka polusi pencemaran tersebut akan melekat molekul-molekul pada tanaman yang berbahaya terhadap manusia.

Pengertian Limbah Industri

Limbah industri merupakan sampah industri yang dihasilkan dari proses manufaktur atau industri. Limbah ini memiliki berbagai jenis, tergantung dari produk industri yang dihasilkan. Setiap limbah yang dihasilkan oleh industri memiliki senyawa, partikel, bahan berbahaya dan beracun yang dapat berdampak pada lingkungan, manusia, serta makhluk hidup lainnya.

Penanganan atau Pengelolaan Limbah

Limbah industri perlu dikelola dengan baik. Proses penanganan dan pengelolaan limbah industri, perlu dilakukan secara penuh kehati-hatian, tanpa harus terjadinya pencemaran lingkungan yang krusial.

Setiap jenis limbah membutuhkan penanganan secara berbeda-beda. Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan:

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Jenis limbah B3 dihasilkan dari industri yang memiliki kandungan berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, jenis limbah dari industri tersebut perlu ditangani khusus. Pembuangan limbah berbahaya dan beracun tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau tanpa pengolahan secara khusus.

Jika menganut pada The Environmental Protection Agency (EPA) jenis limbah B3 terbagi menjadi 4 :

Baca Juga: Kenapa Air Limbah Domestik Perlu Diuji?

Penanganan Limbah Cair

Penanganan pada limbah cair dilakukan dengan cara mengeluarkan polutan yang terdapat di dalam limbah, agar cairan yang ada di dalam limbah dapat dibuang secara bersih tanpa menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah cair dibagi menjadi tiga cara, yaitu:

Penanganan limbah secara fisika dilakukan dengan cara melakukan pemisahan material kotor dalam cairan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan, seperti: Pengendapan, flotasi, penyerapan, dan penyaringan.

Pada pengelolaan limbah secara kimia dilakukan dengan ozonisasi, oksidasi, koagulasi, dan menukar ion. Metode kimia juga menyesuaikan pada jumlah polutan yang perlu dihilangkan dari limbah.

Penanganan limbah secara biologi dilakukan dengan mengurai polutan atau zat menggunakan mikroorganisme.

Baca Juga: Pentingnya Rutin Melakukan Pengolahan Air Limbah 6 Bulan Sekali

Pengelolaan Limbah Gas

Jenis limbah berikutnya yang perlu penanganan khusus adalah Gas. Limbah gas sering dikatakan menjadi limbah yang berbahaya dibandingkan dengan limbah cair dan padat, karena limbah jenis ini tidak dapat dilihat dengan mata. Sehingga penanganan jenis limbah ini perlu dilakukan secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.

Proses pengelolaan Limbah dilakukan dengan cara mengurangi jumlah gas yang dibuang dengan desulfurisasi menggunakan filter basah.

Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau tak sedap yang keluar. Bisa juga dilakukan dengan metode fase padat. Dengan metode ini, bau gas akan di serap dengan adsorben padat berupa arang aktif.

Selain kedua cara tersebut, banyak pelaku industri yang melakukan penanganan limbah gas dengan mengurangi jumlah buangan gas dengan bahan bakar ramah lingkungan.

Jenis penanganan limbah selanjutnya adalah penanganan Limbah B3. Penanganan Limbah B3 tentu berbeda dengan penanganan jenis limbah sebelumnya. Sebelum dibuang, langkah-langkah penyimpanan pun harus diperhatikan supaya tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Bahkan dalam penanganannya, limbah B3 tidak diperbolehkan untuk disatukan dengan jenis limbah lain. Selain itu, limbah B3 dalam penyimpanan perlu izin dari Pemerintah setempat.

Penanganan Limbah B3 bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

Proses pengelolaan limbah jenis ini dilakukan dengan menyisihkan bahan tersuspensi ukuran besar dan mengendap atau mengapung. Umumnya dilakukan pada bahan-bahan seperti minyak dan lemak. Cara ini juga dilakukan dengan menyisihkan bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara ke atas.

Pengelolaan dengan cara kimia dilakukan dengan menghilangkan partikel yang sulit mengendap seperti logam berat, fosfor, dan zat organik beracun. Cara ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia tertentu menyesuaikan pada jenis dan kadar limbah.

Pengelolaan limbah B3 dengan bahan kimia dilakukan dengan stabilisasi/solidifikasi: proses mengubah bentuk fisik senyawa kimia dengan menambah bahan pengikat atau zat pereaksi. Penambahan tersebut dilakukan untuk memperkecil pelarutan, pergerakan, dan penyebaran racun pada limbah sebelum dibuang.

Cara terakhir dalam pengelolaan limbah B3 adalah dengan cara biologi atau bioremediasi dan fitoremediasi.

Bioremediasi adalah cara yang dilakukan dengan menggunakan bakteri atau mikroorganisme lain untuk membantu mengurai limbah B3. Fitoremediasi adalah cara penanganan limbah industri dengan menggunakan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan beracun dari tanah. Kedua cara tersebut sering digunakan, karena biaya yang dikeluarkan relatif rendah. Tetapi kekurangannya, cara tersebut perlu waktu lama jika jumlah limbah yang akan diurai cukup banyak.

Baca Juga: Ciri Ciri Air Mengandung Limbah, Nomor 5 Bikin Ngeri

Pencemaran limbah industri dan cara penanganannya perlu dilakukan secara tepat. Anda juga membutuhkan Laboratorium Lingkungan untuk mengetahui dampak dari Limbah yang dikeluarkan dari proses Manufaktur dan Industri. Pastikan Anda selalu melakukan uji dan monitoring limbah sesuai dengan kebijakan dan aturan yang berlaku.

Jika Anda membutuhkan Laboratorium Lingkungan, Anda bisa menggunakan Layanan Uji dan Analisa Limbah oleh PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Tim Penguji kami sudah berpengalaman dan bersertifikasi dalam penanganan Limbah Industri. Dapatkan Penawaran sekarang!!

Pengelolaan Limbah Industri Pangan

Dampak Terhadap Udara

Pencemaran udara yang terjadi saat ini pun bukan hanya disebabkan oleh asap kendaraan saja, tetapi juga berasal dari asap cerobong pabrik. Asap yang keluar memiliki senyawa atau zat yang berbahaya terhadap udara sekitar.

Apabila asap yang keluar melebihi Baku Mutu yang sudah ditentukan oleh kebijakan Pemerintah, tentu ini akan berbahaya bagi kondisi lingkungan sekitar. Bahkan bagi manusia, bisa menyebabkan masalah pernafasan, asma, penyakit paru, kanker, serta penyakit jantung.